Monday, October 16, 2017

Pengalaman Kunjungan ke Makam


Dalam hal ini sebenarnya saya tidak cukup banyak pengalaman menceritakan tentang makam, tapi paling tidak saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman saya beberapa tahun yang lalu tentang kunjungan saya datang ke sebuah makam. Pada saat itu saya sedang berlibur di kampung orang tua saya lebih tepatnya kampung papa saya, yaitu di Tarutung daerah Medan. Saya ingat betul hari itu adalah hari sabtu pagi saya dan keluarga melakukan perjalanan dengan berjalan kaki ke kuburan ompung doli atau kakek saya, dalam perjalanan yang menguras tenaga tersebut saya memandang sekitar  dan saya mendapati sedikitnya makam atau kuburan yang berlokasi di tempat tersebut, ya mau bagaimana namanya juga hutan dan hanya beberapa kuburan yang ada disana, bisa dibilang yang mempunyai makam disitu hanyalah pemilik dari tanah tersebut. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai di kuburan tanah ompung doli.

Makam atau kuburan tersebut terlihat sangat terurus sekali bagaimana tidak kuburan tersebut masih terbilang baru, masih baru sekitar setahunan dan ompung boru (nenek) serta keluarga lain yang tinggal disana pastilah sering kesini dan mengurus makam tersebut. Disana kami melakukan sebuah ritual ibadah seperti ibadah kunjungan pemakaman seperti biasanya, namun hal yang menarik perhatian saya adalah sewaktu kami ingin meninggalakan makam tersebut, papa saya mengeluarkan rokok lalu menyalakannya dan meletakkan rokok tersebut diatas batu nisan ompung doli saya tersebut dan hal tersebut sontak saja, membuat saya kaget dan saya langsung bertanya kepada papa saya, kenapa papa meletakkan rokok di batu nisan ompung..? Lalu papa ku menjawab, itu untuk ompung, kan ompung mu dulu sangat suka rokok dan rokok itu adalah kesukaannya. Setelah saya mendengar penjelasan tersebut, awalnya terasa gelid an jujur saja saya tidak menyetujui pemahaman tersebut, karena sudah jelas hal tersebut hanyalah perbuatan yang sia-sia, namun itulah sebuah tradisi mau dikatakan apalagi, tapi tetap saya menolak tradisi tersebut.

Saya juga mempunyai pengalaman tahun berikutnya yaitu ke makam ompung boru atau nenek saya dari mama yang berlokasi di Kotacane Aceh Tenggara, makam disana berbeda karena terdapat makam kelauarga di tanah keluarga besar mama saya, entah kenapa saya melihat makam-makam keluarga disana sangatlah besar-besar bahkan sudah terlihat menyerupai sebuah rumah dan dinding-dindingnya dilapisi dengan keramik, bahkan saya juga pernah memperhatikan megahnya kuburan, berbanding terbalik dengan keadaan rumah yang dimiliki oleh keluarga pemilik makam tersebut. Lagi-lagi pemahaman ini juga bertentangan dengan hati nurani saya, dimana jika ingin membahagiakan bukan saat seseorang tersebut sudah meninggal dan membangun megah kuburannya, namun alangkah baiknya membahagiakan seseorang tersebut yaitu pada masa hidupnya. Tak akan ada gunanya lagi membangun kuburan dengan megah, sedangkan kondisi keluarga yang ditinggalkan mengkuatirkan, hanya karena gengsi dengan tradisi yang telah lama ini dan toh ini tak berarti apa-apa. Mereka yang telah meninggal tidak  ada lagi hubungannya dengan kita yang masih diberi kesempatan hidup oleh Sang Pencipta ini.

No comments:

Post a Comment

Pendalaman Alkitab dari Kitab Habakuk 1:12-17

Bahan Pendalaman Alkitab Habakuk 1:12-17 Pendahuluan Sebelum kita mengarah kepada isi dari perikop yang akan saya bahas, izinkan sa...