1 Tahap-Tahap Perkembangan
Erik
H. Erikson
v Teorinya
membahas tentang perkembangan ekologis atau relasi manusia (sosial) dengan
berbagai dunia disekelilingnya, yaitu orang-orang yang berada dekat dengan
dirinya.
v Memakai
pendekatan psikho-analisis untuk menyelidiki bagaimana hakekat manusia yang
sebenarnya.
v Manusia
tidak hanya sekedar objek penelitian melainkan juga menjadi subjek.
v Lebih
menekankan peranan dan otonomi ego dalam pembentukan kepribadian atau identitas
seseorang (Perkembangan Ego).
v Komponen-komponen
vitalitas mental (harmonis dan terbuka) yaitu rasa percaya diri sendiri,
otonomi, inisiatif, konstruktif, identitas, intimidasi, generalitas, dan
integritas.
v Komponen-komponen
penghayatan ulang atau terjadinya keterasingan (sepihak dan tertutup) yaitu
rasa kurang percaya, rasa malu, curiga, rasa bersalah, rendah diri, kekacauan
identitas, mengisolasi diri, stagnasi dan keputusasaan.
v Inilah
relasi-relasi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pribadi seseorang,
yaitu relasi dengan ibu, bapak, keluarga, kawan-kawan seusia, kawan hidup,
masyarakat dan umat manusia pada umumnya.
v Masa
transisi antara remaja menuju kedewasaan dapat mengakibatkan rasa keterasingan
dari masyarakat bagi seseorang. Dalam masa keterasingan itu terkadang sering
muncul ide-ide baru yang sangat mempengaruhi pribadi seseorang tersebut.
v Membagi
perkembangan psikologi menjadi 8 tingkat.
1. Tahap
realisasi harapan (usia bayi).
2. Tahap
pembentukan kemauan sendiri (usia 2-4 tahun).
3. Tahap
realisasi terhadap suatu tujuan.
4. Tahap
mulai menyadari kompetensinya.
5. Tahap
antara mencapai identitas dan menyisihkan rasa kekaburan identitas (remaja).
6. Tahap
antara mencari intimitas dan solisaritas dengan menyisihkan rasa isolasi dan keterasiangan.
Masa ini dapat disebut dengan realisasi cinta kasih (pemuda).
7. Tahap
memelihara dan mempertahankan apa yang dimiliki oeh pribadi tersebut (dewasa).
8. Tahap
mulai mengalami tarikan antara rasa integritas (kesatuan) dan rasa
keputus-asaan. Orang mulai menjadi arif bijaksana (lanjut usia).
v Manusia
pada hakekatnya tidak dapat dikupas dan dianalisa sebagai objek belaka, lepas
dari konteksnya. Sebagai subjek ia adalah bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat dan produk dari kultur, sejarah, agama dan mitos dimanaia
dibesarkan. Ia berhak menentukan mana-mana yang hendak ia ambil dan mana-mana
yang hendak ia berikan kepada masyarakat sebagai gerak timbal-balik.
2.
James
Fowler
v Teorinya
lebih condong membahas dan menjelaskan perkembangan iman seseorang.
v Fowler
membedakan antara iman dengan agama.
v Tingkat-tingkat
perkembangan iman, yaitu :
1. Masa
kanak-kanak
2. Taraf
iman mistik-literal (usia 8-11 tahun)
3. Taraf
iman yang sinthetis-konvensional
(usia 12-17 tahun)
4. Taraf
iman yang individual-reflektif (usia
18-25)
5. Taraf
conjunctive (usia 25-45 tahun)
6. Taraf
yang tertinggi yaitu iman universal
v Iman
membentuk relasi segitiga, yaitu relasi dengan diri sendiri, dengan sesama dan
dengan pusat dari sistem nilai yang tertinggi.
v Hanya
orang yang berada pada tingkat iman tertinggilah yang dapat berdialog dengan
orang yang lebih rendah tingkatannya dan juga dengan orang yang berlainan
kepercayaan.
No comments:
Post a Comment