Monday, October 16, 2017

Psikologi Pengajaran dan Pembelajaran Agama Kristen

Menurut buku psikologi pengajaran dari W.S. Winkel sendiri dalam proses pembelajaran terdapat proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu sistem dan di dalamnya terdapat media pembelajaran sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran tersebut. Menggunakan media dalam proses pembelajaran harus didasarkan filosofi atau alasan teoritis yang benar. Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan kepada penerima pesan yaitu anak. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka dlam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pendidikan atau pembelajaran.
De Corte dalam W.S. Winkel menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, yaitu untuk mencapai tujuan instruksional.
Konsep “Pengajaran” yang tradisional selalu membawa kita ke dalam sebuah pikiran yang formal, yaitu mengenai ruangan kelas dan situasi pengajaran yang terbilang sangat kaku. Maka daripada itu muncullah sebuah alternatif untuk membuat konsep instruksi dalam proses pembelajaran yang menyeuruh. Dalam hal ini ada 2 contoh kelas mengenai pola “Homemaking” atau “Kerumahtanggaan”. yaitu:
1.      Kasus Pertama
v  Anggota kelas baik perempuan maupun anggota seminarium (laki-laki) yang pasif
v  Membangun komunitas belajar bersama
v  Tanggung jawab bersama guru dan murid
v  Memberikan penekanan pada kognitif dan afektif
v  Sharing dan berbagi cerita mengenai diskudi teologis
v  Usaha untuk menggabungkan nilai seni sebagai daya tarik tambahan bagi sisi kognitif dan afektif
2.      Kasus Kedua
v  Anggota gereja dewasa
v  Dimulai dengan 2 orang dan terus bertambah
v  Model kelas formal dan tradisional
v  Perhatian terpusat pada proses belajar
v  Banyak sialog yang bersifat bebas
v  Kepemimpinan kelas dibagi bergilir
v  Bertumbuh dalam berbagai diskusi biblika dan politik
v  Nyaman dengan pengembangan afektif dan kognitif
Dalam dua kasus ini menunjukkan kepada kita bahwa pentingnya memperhatikan hubungan antara sebuah proses belajar dan  komunitas iman yang ingin belajar dan juga menunjukkan pentingnya penekanan padea unsur Kognitif berupa aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir serta Afektif yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Kasus ini juga menunjukkan adanya dimensi yang mungkin terbuka ketika proses belajar dimaknai sebagai rumah bersama yang ada untuk belajar bersama. Dan hal ini dipahami sebagai sebuah prioritas yang tereksplisit dalam pengajaran.
Tujuan dari Pembelajaran Agama
Metafora “Kerumahtanggaan” memberikan kita bingkai baru dalam berfiir mengenai apa sebenarnya tujuan dari pembelajaran iman Kristen. Kerumahtanggaan (Homemaking) merupakan sebuah tindakan menciptakan dan memelihara visi komunitas. Rumah itu bukan hanya sebuah tempat tetapi juga mengandung makna sesuatu yang terus bergerak atau dinamis, tempat dimana orang dapat menemukan jati diri, tempat dimana mengingatkan anggotanya mengenai tanggungjawab mereka terhadap dunia.
Kenyataan menunjukkan penerapan pola pendidikan Kristen “kerumahtanggaan” tidaklah mudah, kita sendiri dapat melihat bahwa dalam banyak jemaat, pendidikan agama hanya dititik beratkan pada anak-anak dan pemuda (sekolah minggu, kelas remaja dan katekisasi). Pengajaran bagi orang dewasa hanya menjadi pilihan dan jalan pendidikan bagi orang dewasa dan anak-anak sering kali tidak berkesinambungan serta orang dewasa seringkali menjadi “tunawisma pikiran” yang “kekeringan” tetapi harus berjuang melawan kerasnya dunia.
Jikalau para pemimpin gereja tetap mengembangkan pola seperti ini (pola tradisional) maka pendidikan Kristen akan menjadi sebuah rumah yang memiliki banyak kamar tetapi tidak terhubung satu dengan yang lain, karena ada aula kosong ditengah-tengahnya
Tujuan Pola Pendidikan Kristen “Homemaking”
v  Memungkinkan peserta didik untuk bersandar pada pengertian iman yang alkitabiah
v  Fokus pada lingkingan belajar mengajar dan terbuka pada komunikasi
v  Fokus pada metode pembelajaran
v  Membuat keterkaitan antara substansi iman dan fakta kehidupan
Posisi Pengajar dan Pelajar dalam Proses Pendidikan
v  Seorang pengajar memiliki tanggungjawab untuk membangun ruang diskusi yang kondusif, mempertimbangkan konten pengajaran agar bermanfaat bagi iman dan tantangan kehidupan yang nyata serta harus mampu menciptakan visi ‘homemaking” dalam proses belajar bersama.
v  Seorang pelajar memiliki tanggungjawab untuk mendengarkan pengajar dan mengikuti proses pembelajaran dengan penuh tanggungjawab. Pelajar juga dituntut untuk berpartisipasi aktif dan memberikan sumbangan dalam proses bersama.
Komitmen Komunitas Belajar
v  Menghormati ruang belajar
v  Menciptakan iklim pertumbuhan dan tanggungjawab bersama
v  Pembelajaran yang mutualisme

v  Proses belajar yang eksperimental

No comments:

Post a Comment

Pendalaman Alkitab dari Kitab Habakuk 1:12-17

Bahan Pendalaman Alkitab Habakuk 1:12-17 Pendahuluan Sebelum kita mengarah kepada isi dari perikop yang akan saya bahas, izinkan sa...