1. Dalam
masyarakat modern seperti sekarang ini, hal yang sangat sulit sekali diterima oleh
mereka adalah menyuruh mereka untuk memahami dan melakukan apa yang dikatakan
oleh hati nurani mereka sendiri, tanpa harus terus tergoda untuk melakukan kata
hati mereka, yang pada hakekatnya sudah terkontaminasi dengan logika, berupa
pemahaman atau pertimbangan untung rugi nya ketika mereka melakukan apa yang
dikatakan oleh hati nurani mereka sendiri. Hal ini tentu saja menjadi momok
yang terasa berat bagi masyarakat modern saat ini, dimana mereka sudah terbiasa
dikendalikan oleh nalar atau pikiran mereka sendiri tanpa terlalu memperhatikan
dan mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh nurani mereka sendiri, yang
mana hati nurani tersebut berasal dari suara Tuhan untuk pilihan terbaik yang
harus kita lakukan, bukan malah membuat pilihan-pilihan yang justru menjauhkan
kita dari Sang Pemberi hati nurani tersebut.
2. Sedangkan
untuk hal yang gampang atau mudah diterima oleh masyarakat modern sekarang ini
adalah memilih jalan pertama, yaitu diberikan kebebasan dalam berfikir secara
kritis, tentang apa yang mereka percayai, mereka bebas bertanya dan mencari
jawaban atas pertanyaan mereka tersebut, tanpa harus takut terkekang oleh
paradigma pikiran dari orang lain, karena raja atas pikiran mu adalah dirimu
sendiri, bukan orang lain. Hal ini sama halnya apabila tubuhmu dipenjara, tapi
tidak dengan pikiran mu, yang akan tetap terbang tinggi dalam kebebasan
berfikir. Kebebasan berfikir ini juga termasuk kedalam kebebasan mempertanyakan
tentang iman seseorang yang selama ini telah ia pegang atau percayai, bukan
untuk menjadi ateis, namun lebih kepada pencarian makna akan eksistensi kehadiran
Tuhan atas dirinya sendiri, atas arti tujuannya dimuka bumi ini, atas segala
pertanyaan yang akan membuatnya semakin dekat dengan Sang Misteri (Tuhan). Hal
ini merupakan salah satu cara untuk mempertanggungjawabkan iman kita dijaman
modern ini secara lebih rasional dan sekaligus bisa menjadi alat untuk menjawab
tantangan kaum agamawan atau kita sebagai kaum modern untuk membuktikan secara
rasional akan keyakinan keberTuhanan kita. Hal ini mengingat perkembangan
sejarah pemikiran manusia dan filsafat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai
objek pemikiran, sejak abad ke-20 sejarah pemikiran manusia mengalami
pergeseran dari teosentris ke antroposentris, manusia lebih suka memikirkan
manusia dan pengetahuannya, bahasa manusia, masyarakat dan budayanya daripada
memikirkan Tuhannya. Pilihan jawaban atas jalan pertama ini terdapat argumen
ontologis, argumen kosmologis dan argumen teologis, dimana semua argumen
berbeda satu sama lainnya, namun dari ketiga nya memiliki kesamaan yaitu
sama-sama membicarakan dan mempertanyakan Tuhan. Kita diberi kebebasan untuk
mempertanyakan Tuhan, tapi hanya dengan mempercayai dan menerimaNya secara
kongkrit, maka dengan sendirinya kita akan mampu memahami setiap pertanyaan
yang mungkin sulit untuk kita pahami.
No comments:
Post a Comment